Jumat, 07 April 2017

NGERESUME PENDIDIKAN 3 "INTLIGENSI"



       INTELIGENSI
Inteligensi adalah salah satu milik kita yang paling brharga, ttapi orang cerdas sekalipun tidak sepakat apa itu intelignsi. Berbeda dengan berat dan tinggi badan dan usia, inteligensi tidak bisa diukur scara langsung. Anda tidak bisa mengintip kpala siswa anda untuk mngamati intelignsi yang ada di dalamnya. Kita hanya bisa mengevaluasi inteligensi yang ada di dalamnya. Kita hanya bisa mengvaluasi siswa lewat tindakan inteligeensi siswa. Kita banyak mengandalkan pada tes inteligensi  untuk memperkirakan inteligensi siswa.
Bbrapa pakar mendskripsikan intelignsi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah. Yang lainnya mendeskripsikannya sebagai kemampuan untuk bradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Dengan mengkombinasi ide-ide ini kita dapat menyusun defenisi inteligensi yang cukup fair. Sebuah definisi inteligensi  yang didasarkan pada teori vygotsky harus juga memasukkan faktor kemampuan seseorang untuk menggunakan alat kebudayaan dengan bantuan individu yang lebih ahli.
Minat terhadap inteligensi sering kali difokuskan pada perbedaan individual dan penilaian individual( kaufman & Lictenberger, 2002; Lubinski, 2000; Molfse & Martin, 2001). Perbedaaan individual adalah cara dimana seseorang berbeda satu sama lain dalam hal kepribadiannya dan dalam bidang-bidang lain, namun inteligensilah yang paling banyak diberi perhatian dan paling banyak dipakai  untuk menarik kesimpulan tentang perbeedaan kemampuan siswa.

Tes Inteligensi Individual
Robert J. Sternberg mengingat saat dia kecil dia sangat takut mengikuti Tes IQ. Dia mengatakan bahwa dia benar-benar menggigil ketakutan saat tes tiba. Bahkan sebagai seorang dewasa, stenberg merasa malu jika ingat saat ia berada di grade enam dan mengikuti tes IQ bersama pelajar dari grame lima. Sternberg akhirnya berhasil mengikuti tes IQ . dia bukan hanya saja bisa menjalani tes secara baik, tetapi pada usia 13 tahun dia menyusun sendiri ts IQ-nya dan mulai meenggunakannya untuk mengtes siwa di kelasnya sampai kepala sekolah mengetahuinya dan mengurnya.

  Tes Binet
Pada 1904 Mnteri Pendidikan Prancis meminta psikolog Alerd Bint untuk menyusun metode guna mengidentiikasikan anak-anak yang tidak mampu belajar di sekolah. Para pejabat di sekolahan ingin mengurangi sekolah yang penuh sesak dengan cara meemindahkan siswa yang kurang mampu belajar di sekolah umum ke sekolah khusus.
Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk mnyentuh telinga hingga kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefinisakan konsep abstrak. Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental. Yakni mental perkembangan indivdu yang berkaitan dengan perkembanganlain. Yaitu usia mental seseorang dibagi dngan usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ orang itu adalah 100.
Ts Bint direvisi berkali-kali disesuaikan dengan kemajuan dalam pemahan inteligensi dan tes intelignsi. Rvisi-revisi ini disbut ts Stanford-Binet.(sbab revisi itu dilakukan di Stanord University). Banyak orang dari usia berbeda dan latar belakang yang beragam, peneliti menemukan bahwa tes pada  Stanford Binet mendekati distribusi normal.

Skala Wechsler
skala wechsler yang dikembangkan oleh David Wechsler. Selain menunjukkan tes secara keseluruhan, skala wechsler juga menunjukkan IQ vrbal dan IQ kinerja. IQ vrbal didasarkan pada nam subskala verbal, IQ kerja didasarkan pada lima subskala kinerja.

Tes Individual versus Tes Kelompok
Seorang psikolog memahami penelitian intelignsi individual sbagai interaksi antara pemeriksa dan siswa. Selam pengujian, peneliti mngamati bagaimana laporan disusun, minat dan perhatian siswa, apakah ada kecemasan dalam pengerjaan tugas, dan tingkat toleransi siswa menghadapi rasa prustasi
Tes kelompok lbih nyaman dan ekonomis ketimbang tes individual,namun juga ada kekurangannya. Saat tes dilakukan pada suatu kelompok besar, pneliti tidak dapat menyusun laporan individual, menntukan tingkat kcmasan siswa dan sbagainya. Banyak siswa yang mengikuti tes dalam kelompok bsar di sekolah, tetapi keputusan untuk menempatkan siswa dalam kelas khusus anak berbakat, sebaiknya tidak didasarkan pada tes kelompok saja. Dalam kasus seperti itu informasi relevan tentang kemanpuan siswa harus diperoleh dngan cara selain menggunakan tes.

Teori Multiple Intligences
Pandangan Awal. Binet dan Stern memfokuskan pada konsep inteligensi umum yang oleh Stern dinamakan IQ. Wechsler percaya bahwa mungkin dan perlu untuk mendeskripsikan baik itu inteligensi umum maupun inteligensi verbal.
Sejak awal 1930-an L.L Thurstone(1938) mengatakan orang mempunyai tujuh kemampuan intelektual spesifik, yang dinamakan kemampuan primer, pemahaman vrbal, kemampuan angka, kefasihan kata, visualisasi spasial, memori asosiatif, penalaran dan kcepatan persepsi.

Teori Triarkis Sternberg
Menurut teori inteligensi triarkis dari Robrt J. Sternbrg(1998-2000), intlignsi muncul dalam bentuk: analitas, kratif, dan praktis. Inteligensi analitas adalah kemapuan untuk menganalisis, menilai, mengvaluasi, membandingkan, dan mempertentangkan.

Delapan Kerangka Pikiran Gardner
Kerangka ini dideskripsikan bersama dengan contoh pekerjaan yang mereflekasikan kekuatan masing-masing krangka(campbell, campbell & Dickinson, 1999)
1.      Keahlian vrbal
2.      Keahlian matematika
3.      Keahlian spasial
4.      Keahlian tubuh-kinesttik
5.      Keahlian musik
6.      Kealian intrapersonal
7.      Keahlian interpersonal
8.      Keahlian naturalis
 Gardner percaya bahwa masing-masing bentuk inteligensi dapat dihancurkan oleh pola kerusakan otak tertentu. Yang bmasing-masing melibatkan keahlian kognitif yang unik, dan masing- masing tamp-ak dalam cara unik baik di dalam diri orang brbakat atau idiot yang mengalami retardasi mental tapi punya bakat hebat dalam domain tertentu.
Proyek spektrum
Adalah usaha inovatif yang dilakukan Gardner untuk menguji delapan inteligensi anak-anak. Proyek ini diawali dengan id dasar bahwa setiap orang punya potensi untuk mengembangkan kekuatan di satu atau dua daerah.
Kelas ini memiliki banyak materi yang dapat menstimulasi berbagai intelignsi. Akan ttapi , guru tidak berusaha merangsang inteligensi scara langsung dengan mengelompokkan aktivitas yang sama yang dibri label “spasi” “verbal” dan sebagainya. Kelas ini juga dapat mengungkapkan kemampuan yang biasanya tidak tampak dalam kelas reguler


Tidak ada komentar:

Posting Komentar